FONOLOGI DAN MORFOLOGI

Rabu, 09 Februari 2011

0 komentar





A. FONOLOGI
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut fungsinya. Dengan demikian fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.
Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian, yakni:
1. Fonetik
Fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.
Macam –macam fonetik :
a. fonetik artikulatoris yang mempelajari posisi dan gerakan bibir, lidah dan organ-organ manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa
b. fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana mereka didengarkan oleh telinga manusia
c. fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan terutama bagaimana otak mengolah data yang masuk sebagai suara

2. Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna.
Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti.




B. FONEM
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti.
Fonemisasi adalah usaha untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut.

JENIS-JENIS KATA

Selasa, 08 Februari 2011

20 komentar
Tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia Semester II.
bagi yang ingin mengkopi, jangan lupa sertakan url nya nggih...
nuwun...^^





A.   Kata Benda atau Nomina
Kata benda adalah nama dari semua benda dan segala yang dibendakan.
Kata benda menurut wujudnya, dibagi atas :
1.      Kata benda konkret
Kata benda konkret adalah nama dari benda-benda yang dapat ditangkap panca indera, dibagi alas:
a.       Nama diri
b.      Nama zat dan lain sebagainya.
2.      Kata benda abstrak
Kata benda abstrak adalah nama-nama benda yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera.

Untuk menentukan apakah suatu kata masuk dalam kategori kata benda atau tidak, kita menggunakan dua prosedur:
1.      Melihat dari segi bentuk sebagai prosedur pencalonan
2.      Melihat dari segi kelompok kata ( frasa), sebagai prosedur penentuan

a)      BENTUK
Segala kata yang mengandung morfem terikat ( imbuhan ) : ke-an, pe-an, ke-, dicalonkan sebagai kata benda.
Contoh: perumahan, kecantikan, pelari, kehendak dan lain-lain.
Tetapi di samping itu ada sejumlah besar kata yang tidak dapat ditentukan masuk kata benda berdasarkan bentuknya, walaupun diketahui bahwa itu adalah kata benda.
Contoh: meja, kursi, pohon, dan lain-lain


b)      KELOMPOK KATA
Kedua macam kata benda itu (baik yang berimbuhan maupun yang tidak berimbuhan) dapat mengandung suatu ciri struktural yang sama yaitu dapat diperluas dengan yang + Kata Sifat
Contoh: perumahan yang baru
               pelari yang cepat
               kehendak yang baik
               meja yang bagus
               pohon yang tua

c)      TRANSPOSISI
         Suatu kata yang asalnya dari suatu jenis kata, dapat dipindahkan jenisnya ke jenis lain. Pemindahan itu terjadi karena menambahkan imbuhan atau partikel. Kata ajar, sebenarnya kata kerja, jika ditambahkan afiks pe-, maka dapat ditransposisikan menjadi kata benda: pelajar.         
         Sebaliknya ada kata benda yang dapat ditransposisikan menjadi kata kerja, misalnya kopi menjadi mengopi.

d)     SUB-GOLONGAN KATA BENDA
         Karena kata ganti adalah kata yang menduduki tempat kata benda dalam hubungannya atau posisi tertentu, serta strukturnya sama dengan kata benda, maka kata ganti dimasukan dalam jenis kata benda dan diperlakukan sebagai sub-golongan dari kata benda.
         Melalui substitusi, kata ganti menduduki segala macam fungsi yang dapat diduduki oleh kata benda.
Contoh: Fitra pergi ke kampus                    Ia pergi ke kampus
               Dosen mengajar Fitra                   Dosen mengajarnya



B.   Kata Kerja atau Verba
         Kata kerja adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau perilaku.
Berdasarkan pelengkapnya, kata kerja terbagi atas :
1.      Kata kerja transitif: kata kerja yang menghendaki adanya suatu pelengkap.
Contoh: memukul, menangkap, melihat dan sebagainya
2.      Kata kerja intransitif: kata kerja yang tidak memerlukan pelengkap.
Contoh: menangis, meninggal, berjalan dan sebagainya

         Untuk menentukan apakah suatu kata masuk kata benda atau tidak, dengan cara mengikuti kedua prosedur di atas.

a)      BENTUK
Segala kata yang berimbuhan: me-, ber-, -kan, di-, -i dapat dicalonkan menjadi kata kerja.

b)      KELOMPOK KATA
Segala macam kata tersebut di atas dalam segi kelompok kata mempunyai kesamaan struktur yaitu dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + Kata Sifat.
Contoh:
Ia berbicara dengan keras
Anak itu menari dengan gemulai

c)      TRANSPOSISI
Kata kerja dapat dipindah jenisnya ke jenis kata lain dengan pertolongan morfem terikat, misalnya menari menjadi penari, tarian; membaca menjadi pembaca, bacaan, dan lain-lain. Begitu pula sebaliknya, kata benda atau kata sifat dapat ditransposisikan menjadi kata kerja, misalnya pendek menjadi memendekkan, turun menjadi menurunkan dan sebagainya.



C.   Kata Sifat atau Adjektifa
         Menurut Aristoteles, kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan sari sesuatu benda, misal tinggi, rendah, lama, baru dan sebagainya.

         Untuk menentukan apakah suatu kata masuk kata benda atau tidak, dengan cara mengikuti kedua prosedur di atas.

a)      BENTUK
        Dari segi bentuk segala kata sifat dalam bahasa Indonesia bisa mengambil bentuk: se + reduplikasi kata dasar + nya
Contoh: se-tinggi-tinggi-nya
              se-cepat-cepat-nya
              se-baik-baik-nya

b)      KELOMPOK KATA
Dari segi kelompok kata, kata-kata sifat dapat diterangkan olek kata-kata: paling, lebih, sekali.
Contoh: paling besar, lebih besar, besar sekali
              paling cepat, lebih cepat, cepat sekali
              paling baik, lebih baik, baik sekali

c)      TRANSPOSISI
        Semua kata yang tergolong kata sifat dapat berpindah jenis kata dengan bantuan morfem-morfem terikat: pe-, ke-an, me-, -kan dan sebagainya.
Contoh: pembesar, membesarkan, perbesar, pembesaran, kebesaran dan lain-lain

d)     SUB-GOLONGAN
Kata-kata bilangan berdasarkan sifatnya dapat digolongkan dalam kata sifat sebagai sub-golongan karena merupakan kelompok dengan ciri-ciri tersendiri tapi karena secara substitusional dapat menduduki tugas-tugas dari kata sifat.

D.   Kata Ganti atau Pronomina
Yang termasuk jenis kata ini adalah segala kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda atau yang dibendakan.
Kata ganti menurut sifat dan fungsinya dapat dibedakan atas:

1.      Kata Ganti Orang (Pronomina Personalia)
a.       Orang I
1)      Tunggal : aku
untuk menyatakan kerendahan diri: hamba, sahaya, patik, abdi
untuk mengungkapkan sesuatu suasana yang agung: kami (pluralis majestatis)
2)      Jamak : kami, kita
b.      Orang II
1)      Tunggal : engkau, kamu
paduka, tuan, Yang Mulia, saudara, ibu, bapak dan lain-lain
2)      Jamak : kamu
c.       Orang III
1)      Tunggal : dia, beliau
Untuk orang yang sudah meninggal: mendiang, almarhum atau almarhumah
2)      Jamak : mereka

2.      Kata Ganti Empunya (Pronomina Possessiva)
Adalah segala kata yang menggantikan kata ganti orang dalam kedudukan sebagai pemilik: -ku, -mu, -nya, kami, kamu, mereka.
Dalam fungsinya sebagai pemilik, kata-kata ini mengambil bentuk ringkas dan dirangkaikan saja di belakang kata yang diterangkan (disebut sebagai bentuk enklitis).
Contoh: pensilku = pensil aku
pensilmu = pensil kamu
apabila bentuk ringkas itu dirangkaikan di depan sebuah kata, disebut proklitis.
Contoh: kupinjam, kaupinjam

3.      Kata Ganti Penunjuk (Pronomina Demonstrativa)
Adalah kata yang menunjuk di mana terdapat sesuatu benda. Ada tiga macam kata ganti penunjuk:
a.       Menunjuk sesuatu di tempat pembicara                : ini
b.      Menunjuk sesuatu di tempat lawan bicara            : itu
c.       Menunjuk sesuatu di tempat orang ketiga            : di  sana

4.      Kata Ganti Penghubung (Pronomina Relativa)
Adalah kata yang menghubungkan anak kalimat dengan suatu kata benda yang terdapat dalam induk kalimat. Jadi fungsi kata penghubung adalah:
a.       Menggantikan kata benda yang terdapat dalam induk kalimat
b.      Menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat.

5.      Kata Ganti Penanya (Pronomina Innterrogativa)
Adalah kata yang menanyakan tentang benda, orang atau suatu keadaan. Kata ganti penanya dalam bahasa Indonesia yaitu:
a.       Apa          : untuk menanyakan benda
b.      Siapa        : (si + apa) untuk menanyakan orang
c.       Mana        : untuk menanyakan pilihan seseorang atau beberapa hal barang.
Kata ganti penanya tersebut dapat dipakai lagi dengan bermacam-macam penggabungan dengan kata depan
Contoh: 
dengan apa                      dengan siapa                           dari mana
untuk apa                         untuk siapa                              ke mana
buat apa                           kepada siapa                            dan lain-lain
Selain dari kata-kata itu ada pula kata ganti penanya yang lain yang bukan menanyakan orang atau benda tetapi menanyakan keadaan, perihal dan sebagainya:
mengapa                          bilamana                                  betapa
berapa                              kenapa                                     bagaimana

6.      Kata Ganti Tak Tentu (Pronomina Indeterminativa)
Adalah kata yang menggantikan atau menunjukkan benda atau orang dalam keadaan yang tidak tentu atau umum.
Contoh:
masing-masing                 siapa-siapa                               seseorang
sesuatu                             barang                                     para
salah (salah satu…)

E.    Kata Keterangan atau Adverbia
          Kata keterangan oleh tata bahasa tradisional ditempatkan sebagai satu jenis kata.kekurangan atau kelemahan dari dasar-dasar yang digunakan untuk menentukan jenis kata. Kata keterangan tidak lain adalah suatu kata atau kelompok kata yang menduduki suatu fungsi tertentu, yaitu fungsi untuk menerangkan kata kerja, kata sifat, kata keterangan yang masing-masingnya menduduki pula suatu jabatan atau fungsi dalam kalimat.
Tata bahasa tradisional, akan tampak bahwa dalam beberapa hal akan timbul kekacauan atau kekaburan, sebab ada kata yang sudah kita golongkan  sebagai kata keterangan nanti akan dimasukkan lagi dalam kata depan, atau bagian dari kata keterangan itu sebenarnya adalah kata sifat dan sebagainya.kata keterangan secara tradisonal dapat dibagi-bagi lagi atas beberapa macam berdasarkan artinya atau lebih baik berdasarkan fungsinya dalam kalimat.

1.      KATA KETERANGAN KUALITATIF
Adalah kata keterangan yang menerangkan atau menjelaskan suasana atau situasi dari suatu perbuatan.
Biasanya kata keterangan ini dinyatakan dengan mempergunakan kata depan dengan + kata sifat.jadi sudah tampak di sini bahwa kata keterangan itu bukan merupakan suatu jenis kata tetapi adalah suatu fungsi atau jabatan dari suatu kata atau kelompok kata dalam sebuah kalimat.
Contoh: ia berjalan perlahan-lahan
Ia menyanyi dengan nyaring

2.      KATA KETERANGAN WAKTU
Adalah kata keterangan yang menunjukkan atau menjelaskan berlangsungnya suatu peristiwa dalam suatu biadang waktu:sekarang,nanti,kemarin,kemudian, sesudah itu, lusa, sebelum, minggu depan, bulan depan, dan lain-lain.
Kata-kata seperti :
Sudah, setelah, sekarang, nanti, kemarin, kemudian, minggu depan dan lain-lain

3.      KATA KETERANGAN TEMPAT
Segala macam kata ini memberi penjelasan atas berlangsungnya suatu peristiwa atau perbuatan dalam suatu ruang, seperti:di sini, di situ, di sana, ke mari,ke sana, di rumah, di bandung, dari Jakarta dan sebagainya.
Dari contoh-contoh di atas yang secara konvensional dianggap kata keterangan tempat, jelas tampak bahwa golongan kata ini pun bukan suatu jenis kata, tetapi merupakan suatu kelompok kata yang menduduki suatu fungsi tertentu dalam kalimat. Keterangan tempat yang dimaksudkan dalam tata bahasa-tata bahasa lama terdiri dari dua bagian yaitu kata depan (di, ke, dalam ) dan kata benda atau kata ganti petunjuk.

4.      KATA KETERANGAN KECARAAN
Adalah kata-kata yang menjelaskan suatu peristiwa karena tanggapan si pembicara atas berlangsungnya peristiwa tersebut. Dalam hal ini subjektivitas lebih ditonjolkan. Keterangan ini menunjukkan sikap pembicara, bagaimana cara ia melihat persoalan tersebut. Pertanyaan sikap pembicara atau tanggapan pembicara atas berlangsungnya peristiwa tersebut dapat berupa:
a.       Kepastian      : memang, niscaya, pasti, sungguh, tentu, tidak, bukanya, bukan.
b.      Pengakuan     : ya, benar, betul, malahan, sebenarnya.
c.       Kesangsian    : agaknya, barangkali, entah, mungkin, rasanya.
d.      Keinginan      : moga-moga, mudah-mudahan.
e.       Ajakan           : baik, mari, hendaknya, kiranya.
f.       Larangan       : jangan.
g.      Keheranan     : masakan, mustahil, mana boleh.

5.      KATA KETERANGAN ASPEK
Keterangan aspek menjelaskan berlangsungnya suatu peristiwa secara objektif, bahwa suatu peristiwa terjadi dengan sendirinya tanpa suatu pengaruh atau pandangan dari pembicara. Keterangan aspek dapat dibagi-bagi lagi atas bermacam-macam:

a.       Aspek inkoatif                    : menunjukan suatu peristiwa pada proses permulaan berlangsungnya        : saya pun berangkatlah.
b.      Aspaek duratif                    : adalah keterangan aspek yang menunjukan bahwa suatu peristiwa tengah berlangsung: sedang, sementara.
c.       Aspek perfektif       : adalah keterangan aspek yang menyatakan bahwa suatu peristiwa telah mencapai titik penyelesaiannya: sudah, telah.
d.      Aspek momental     : menyatakan suatu peristiwa terjadi pada suatu saat yang pendek.
e.       Aspek repetitif                    : menyatakan bahwa suatu perbuatan terjadi berulang-ulang.
f.       Aspek frekuentatif  :  menunjukan bahwa suatu peristiwa sering terjadi.
g.      Aspek habituatif     : menyatakan bahwa perbuatan itu terjadi karena suatu kebiasaan.


6.      KATA KETERANGAN DERAJAT
Adalah keterangan yang menjelaskan derajat berlangsungnya suatu peristiwa atau jumlah dan banyaknya suatu tindakan dikerjakan: amat hampir, kira-kira, sedikit, cukup, hanya, satu kali, dua kali, dan seterusnya.

7.      KATA KETERANGAN ALAT
Adalah keterangan yang menjelaskan dengan alat manakah suatu prose situ berlangsung. Keterangan semacam ini biasanya dinyatakan oleh kata dengan + kata benda.
Contoh : ia memukul anjing itu dengan tongkat.
               Anak itu menjolok buah dengan galah, dan sebagainya.

8.      KETERANGAN KESERTAAN
Adalah keterangan yang menyatakan pengikut-sertaan seseorang dalan suatu perbuataan atau tindakan:
     Saya pergi ke pasar bersama ibu.
    

9.      KETERANGAN SYARAT
Adalah keterangan yang menerangkan terjadinya suatu proses di bawah syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhinya: jikalau, seandainya, jika, dan sebagainya.

10.  KETERANGAN  PERLAWANAN
Adalah keterangan yang membantah sesuatu peristiwa yang telah diperkatakan terlebih dahulu. Keterangan ini biasanya didahului oleh kata-kata: meskipun, sungguhpun, biarpun, biar, meski, jika.

11.  KETERANGAN SEBAB
Adalah keterangan yang memberi keterangan mengapa sesuatu peristiwa telah berlangsung. Kata-kata yang menunjukkan keterangan sebab adalah: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab, oleh karena itu, oleh karenanya, dan sebagainya.
12.  KETERANGAN AKIBAT
Adalah keterangan yang menjelaskan akibat yang terjadi karena suatu peristiwa atau perbuatan. Akibat adalah  hasil dari suatu perbuatan yang tidak diharapkan atau yang tidak dengan sengaja dicapai, tetapi terjadi dalam  hubungan sebab-akibat. Keterangan ini biasanya didahului oleh kata-kata : sehingga ,oeh karena itu, oleh sebab itu, dan lain sebagainya.

13.  KETERANGAN TUJUAN
Adalah keterangan yang menerangkan hasil atau tujuan dari Sesuatu proses. Tujuan itu pada hakekatnya adalah suatu akibat, tetapi akibat yang sengaja dicapai atau memeng dikehendaki demikian. Kata-kata yang menyatakan keterangan tujuan adalah: supaya, agar, agar supaya, hendak, untuk, guna, buat.

14.  KETERANGAN PERBANDINGAN
Adalah keterangan yang menjelaskan sesuatu perbuatan dengan mengadakan perbandingan keadaan suatu proses denagn proses yang lain, suatu keadaan denagn keadaan yang lain: kata-kata yang di pakai untuk menyatakan perbandingan itu adalah: sebagai, seperti, seakan-akan, laksana, umpama, bagaimana.

15.  KETERANGAN PERWATASAN
Adalah keterangan yang memberi penjelasan dalam hal-hal mana saja suatu proses berlangsung, dan yang mana tidak: kecuali, hanya.


F.    Kata Bilangan atau Numeralia

Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau jumlah kumpulan atau urutan tempat dari nama-nama benda.
Menurut sifatnya kata bilangan dapat dibagi atas:

1.      Kata bilangan utama (numeralia cardinalia):satu, dua, tiga, empat, seratus, seribu,dan sebagainya.
2.      Kata bilangan tingkat (numeralia ordinalia):pertama, kedua, ketiga, kelima, kesepuluh, keseratus, dan sebagainya.
3.      Kata bilangan tak tentu:beberapa, segala, semua, tiap-tiap dan sebagainya
4.      Kata bilangan kumpulan:kedua, kesepuluh, dan sebagainya.

Penggunaan kata bilangan adalah sebagai berikut:

1.  Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka arab atau angka romawi.
a.       Angka digunakan untuk menyatakan:
b.      Ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
c.       Satuan waktu,
d.      Nilai uang, dan
e.       Kuantitas .

2.      Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar      pada alamat.
Misalnya:
                        Jalan tanah abang 1 No. 15 Hotel Indonesia, Kamar 169
3.  Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
           Misalnya:
                        Bab X,Pasal 5, halaman 252, Surah Yasin:9

4.  Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
 Bilangan utuh : dua ratus dua puluh dua (222)
           Bilangan pecahan: seperdelapan ( ), dua per lima (  )


5.  Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
           Misalnya:
Paku buwono X; dalam kehidupan pada abad ke-20 ini; lihat bab //, Pasal 5; dalam bab ke-2 buku itu; di tingkat kedua gedung itu; di tingkat ke-2 itu; kantor di tingkat //.

6.  Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut.
            ( lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, ayat 5).

7.  Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata dituis dengan huruf  kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
            Misalnya :
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.

8.  Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susuna kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
          Misalnya :
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang  250 orang tamu.
Bukan :
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo



9.  Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagaian supaya lebih mudah dibaca.
            Misalnya :
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang

10.  Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
            Misalnya :
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Bukan :
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.

11.  Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisanya harys tepat.
            Misalnya :
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp.999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah)

Kata bantu bilangan  dalam menyebut berapa jumlahnya suatu barang, dalam bahasa Indonesia tidak saja dipakai kata bilangan, tetapi selalu dipakai suatu kata yang menerangkan sifat atau macam barang itu. Kata-kata semacam itu disebut kata bantu bilangan.

G. Kata Sambung atau Conjunctio

Kata sambung adalah kata yang menghubungkan kata-kata. Bagian-bagian kalimat atau menghubungkan kalimat-kalimat itu dapat berlangsung dengan berbagai cara:

1.      Menyatakan gabungan: dan, lagi pula, serta.
2.      Menyatakan pertentangan: tetapi, akan tetapi, melainkan.
3.      Menyatakan waktu: apabila, ketika, bila, bilamana, demi, sambil, sebelum, sedang, sejak, selama, semenjak, sementara, seraya, setelah, sesudah, tatkala, waktu.
4.      Menyatakan tujuan: supaya, agar supaya dan lain-lain.
5.      Menyatakan sebab: sebab, karena, karena itu, sebab itu.
6.      Menyatakan akibat: sehingga, sampai.
7.      Menyatakan syarat: jika, andaikan, asal, asalkan, jikalau, sekiranya, seandainya.
8.      Menyatakan pilihan: atau……atau….., …… maupun, baik……baik……, entah…… entah……
9.      Menyatakan bandingan: seperti, bagai, bagaikan, seakan-akan.
10.  Menyatakan tingkat: semakin, …….semakin, kian…… kian……., bertanbah……bertambah ……..
11.  Menyatakan perlawanan: meskipun, biarpun, dan lain-lain.
12.  Pengantar kalimat: maka, adapun, akan. Dalam kesusastraan lama kita mengenal pula kata-kata pengatar  kalimat seperti: bahwasanya, sebermula, syahdan, hatta, arkiran, kalakian, sekali peristiwa.
13.  Menyatakan penjelas: yakni, umpama, yaitu.
14.  Sebagai penetap sesuatu: bahwa.

                 Segala macam kata sambung yang menghubungkan atau menerangkan kalimat secara jelas, disebut menerangkan secara eksplisit. Tetapi di samping itu sifat hubungan itu dapat berlangsung tanpa memakai satu kata sambung pun. Maknanya harus ditafsir atau diturunkan berdasarkan hubungan kalimat. Keteranganya yang tidak mempergunakan alat-alat bahasa ini bersifat implisit, misalnya:
     Ia datang, saya berangkat.
   Dalam kalimat diatas secara implisit terkandung keterangan waktu.
Keterangan waktu yang tersembunyi itu secara eksplisit dapat dinyatakan sebagai berikut:
     Ketika ia datang, saya berangkat, atau
     Ia datang, ketika saya berangkat.
   Suatu hubungan yang dinyatakan secara implisit dapat ditafsirkan bermacam-macam; tergantung dari pandangan tiap pendengar atau pembaca.

H.    Kata Depan (Prepositio)
Kata depan menurut definisi tradisional, adalah kata yang merangkaikan kata – kata atau bagian kalimat.
Kata - kata depan yang terpenting dalam bahasa Indonesia adalah :
1.       DI, KE, DARI : Ketiga macam kata depan ini dipergunakan untuk merangkaikan kat – kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat:
      Di Jakarta, di rumah, ke rumah, dari sawah, dari sekolah, dan lain - lain.

2.       Bagi kata – kata yang menyatakan orang, nama orang atau nama binatang, nama waktu atau kiasan dipergunkan kata pada untuk menggantikan di, atau kata – kata depan lain digabungkan dengan pada misanya: daripada, kepada.
   Pada suatu hari                        pada bapak
   Pada hari sabtu                        pada senin
   Pada kami                               kepada teman – teman
3.       Selain dari pada itu ada kata – kata depan yang lain, baik berupa gabungan maupun tunggal seperti: di mana, di sini, di situ, akan,oleh, dalam, atas, demi, guna, buat, berkat, terhadap, antara, tentang, hingga, dan lain – lain.
   Di samping itu ada beberapa kata kerja yang dipakai pula sebagai kata depan, yaitu : menurut, menghadap, mendapatkan, melalui, menuju,    menjelang, sampai.
     
Ada beberapa kata depan, yang menduduki bermacam – macam fungsi yang istimewa. Oleh sebab itu perlu kita perhatikan secara istimewa, antara lain:
a.       AKAN : Kata Depan akandapat menduduki beberapa fungsi:
- Pengantar objek:         ia tidak tau akan hal itu.
                                            Ku lupa akan semua kejadian itu.
- Untuk menyatakan future:      saya akan pergi ke Surabaya.
                                                        Kakek akan tiba hari ini.
- Untuk penguat atau penekan, dalam hal ini dapat berfungsi sebagi penentu: akan hal itu perlu kita perundingkan kelak.

b.      DENGAN : Kata Depan dengan dapat menduduki beberapa macam fungsi, misalnya:
- Untuk menyatakan alat (instrumental):
                    Ia memukul anjing dengan tongkat.
                    Adik makan dengan sendok.
- Menyatakan hubungan kesertaan (komitatif):
                    Ia kepasar dengan ibunya.
- Membentuk adverbial kualitatif:
                    Perkara itu diselidiki dengan cermat.
- Dipakai untuk menyatakan keterangan komparatif:
                    Adik sama tinggi dengan Adi.

c.       ATAS : arti dan fungsinya:
- Membentuk keterangan tempat, dalam hal ini sama artinya dengan di atas.
Kami menerima tanggung jawab itu di atas pundak kami.
-     Menghubungkan kata benda atau kata kerja dengan keterangan:
Kami mengucapkan terima kasih atas kerelaan saudara.
Kami menyesal atas sekalian tindak tanduknya.

-     Dipakai di depan beberapa kata dengan arti : dengan atau demi. Misalnya:
Atas nama            atas kehendak            atas perintah
Atas desakan atas kematian dan sebagainya
d. ANTARA : arti dan fungsinya:
-     Sebagai penunjuk arah :
Jarak antara jogja dan solo.
-     Sebagai penunjuk tempat: dalam hal ini sama artinya dengan di antara :
Antara murid – murid itu mana yang terpandai?
-     Dapat pula berarti kira – kira:
Antara lima jam lalu ia meninggalkan tempat ini.

I.  Kata Sandang atau Articula

Kata sandang itu tidak mengandung suatu arti tetapi mempunyai fungsi. Dalam bagian mengenai kata ganti penghubung  sudah dibicarkan pula tentang yang, yang pada mulanya hanya mengandung fungi penentu.
Itulah fungsi pertama dari kata – kata sandang.
Adapun fungsi kata sangdang seluruhnya dapat disusun sebagai berikut:
  1. Menentukan kata benda
  2. Mensubstansifkan sutu kata :yang besar, yang jangkung, dan lain – lain.

       Kata – kata sandang yang umum dalam bahasa Indonesia adalah: yang, itu, nya, si, sang, hang, dang. Kata – kata sang, hang, dang banyak ditemui dalam kesusastraan lama, sekarang kurang digunakan lagi, kecuali sang, yang kadang – kadang digunakan untuk mengagungkan dan terkadang untuk menyatakan ejekan atau ironi.

J. Kata Seru atau Interjectio
       Kata seru dianggap sebagai kata paling tua dalam kehidupan bahasa. Umat manusia tidak sekaligus mengenal sistim bahasa sebagai yang kita kenal sekarang. Dari aal mula perkembangan umat manusia sedikit demi sedikit diciptakan sistim – sistim bunyi untuk komunikasi antar anggota masyarakat. Dan bentuk yang paling tua diciptakan untuk mengadakan hubungan atau komunikasi itu adalah kata seru.
       Oleh semua tatabahasa tradisional, kata seru diklasifikasikan sebagai suatu jenis kata. Bila melihat wujud dan fungsinya, maka tidak dapat diterima ketetapan itu, walaupun harus diakui dengan melihat saja bentuknya kita dapat tertipu karenanya. Interjeksi sekaligus mengungkapkan semua perasaan dan maksud seseorang. Berarti interjeksi itu sudah termasuk dalam bidang sintaksis. Atau dengan kata lain apa yang dinamakan kata seru itu, bukanlah kata tetapi semacam kalimat.
Bermacam – macam interjeksi yang dikenal hingga sekarang adalah:
      a. Interjeksi asli: yah, wah, ah, hai,o, oh, cis, cih, nah, he dll.
b. Interjeksi yang berasal dari kata – kata biasa : yang dimaksud dengan  interjeksi ini adalah kata – kata benda atau kata – kata lain yang digunakan atau biasa digunakan kata seru: celaka, masa, kasihan, bangsat dan lain – lain.
c. Interjeksi yang berasal dari ungkapan – ungkapan, baik dari ungkapan Indonesia asli maupun dari ungkapan asing, misalnya: ya ampun, demi Allah, Insya Allah, Alhamdulillahi robbilalaminn, astagfirullah.





K.  Kata Tugas
Kata yang oleh Tatabahasa Tradisional disebut kata depan dan kata sambung (atau kata penghubung) dimasukkan dalam kata tugas.
1.      Bentuk
Dari segi bentuk umumnya kata-kata tugas sukar sekali mengalami perubahan bentuk. Kata-kata seperti dengan, telah, dan, tetapi, dan sebagainya tidak bias mengalami perubahan. Tetapi di samping itu ada segolongan kata yang jumlahnya sangat terbatas, walaupun termasuk kata tugas, dapat mengalami perubahan bentuk, misalnya tidak, susah, dapat berubah menjadi menidakkan, menyudahkan.
2.      Kelompok kata
Dari segi kelompok kata, kata-kata tugas hanya memiliki tugas untuk memperluas atau mengadakan transformasi kalimat. Kata-kata tugas tidak bias menduduki fungsi-fungsi pokok dalam sebuah kalimat, seperti subyek, predikat, obyek.
Jadi melihat uraian di atas kita dapat membagi kata-kata tugas atas dua macam:
a.       Kata-kata tugas yang monovalen (yang bernilai satu) yaitu semata-mata bertugas untuk memperluas kalimat,misalnya dan, tetapi, sesudah, di, ke, dari, dan sebagainya.
b.      Kata-kata tugas yang ambivalen (bernilai dua) yaitu di samping berfungsi sebagai kata tugas yang moovalen, dapat juga bertindak sebai jenis kata lain, baik dalam membentuk suatu kalimat minim maupun dalam merubah bentuknya, misalnya sudah, tidak, dan lain-lain.
Jadi, fungsi kata tugas adalah merubah kalimat yang minim menjadi kalimat transformasi.
3.      Partikel kah, tah, lah, pun
Bentuk-bentuk kah, tah, lah, pun oleh hamper semua Tatabahasa Indonesia dimasukkan dalam kategori akhiran. Kekeliruan itu terjadi karena pengaruh masalah ejaan, yang oleh ejaan Suwandi dirangkaiakan dengan kata sebelumnya. Keempat bentuk itu seharusnya adalah partikel penentu atau pengeras. Partike adalah semacam kata tugas yang mempunyai bentuk khusus yaitu sangat ringkas atau kecil, dengan mempunyai fungsi-fungsi tertentu.
Perbedaan antara partikel dan sufiks (juga semua afiks) dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.       Partikel tidak memindahkan jenis kata (kelas kata) dari kata-kata yang diikutinya; sebaliknya sufiks (juga semua afiks) memindahkan kelas kata dari kata yang diikutinya. Misalnya:
Pergilah!                           (pergi tetap kata kerja)
Ayahlah yang berhak!       (ayah tetap kata benda)
b.      Kata-kata yang diikuti oleh sebuah partikel bias bermacam-macam jenis katanya, dan tetap mempertahankan jenis katanya; sebaliknya sufiks (juga semua afiks) mengelompokkan bermacam-macam jenis kata itu menjadi satu jenis kata yang sama.
Siapakah dia?                                (tetap kata ganti tanya)
Di manakah barang itu?                (tetap kata tanya)
Besarkan api itu!                           (kata kerja dan kata sifat)
Lemparkan tombak itu!                 (kata kerja dan kata kerja)
c.       Bidang gerak partikel adalah sintaksis (termasuk frasa dan klausa); sebaliknya sufiks (juga semua afiks) bergerak dalam bidang morfologi.

Fungsi dan makna partikel-partikel tersebut di atas dapat diperinci sehingga sebagai berikut:
a.       Partikel kah
Fungsi partikel kah:
1)      Memberi tekanan dalam pertanyaan; kata yang dihubugkan dengan kah itu dipentingkan.
Contoh: Sawah atau ladangkah yang digarapnya?
Bermalas-malas atau berjalankah dia?
2)      Dapat dipakai pula untuk menyatakan hal yang tak tentu; sebenarnya hal itu merupakan pertanyaan juga, tetapi pertanyaan yang tidak langsung.
Contoh: Datangkah atau tidakkah, kami tidak tahu.
Terserahlah padamu; tinggalkah atau berangkat kami tidak ingin mempengaruhi saudara.
b.      Partikel tah
Fungsi partikel tah ini sama dengan kah, tetapi lebih terbatas pemakaiannya hanya pada kata tanya saja: apatah, manatah, siapatah. Bentuk-betuk ini lebih sering dijumpai dalam Melayu Lama. Dewasa ini kurang dipakai. Makna pertanyaan dengan mempergunakan partikel tah adalah meragukan atau kurang tentu.
c.       Partikel lah
Fungsi partikel lah adalah
1)      Mengeraskan gatra perbuatan, baik dalam kalimat berita, kalimat perintah, maupun dalam permintaan atau harapan, misalnya:
Bacalah dengan nyaring!
Datanglah ke sini pukul lima!
Mudah-mudahan terhindarlah mereka dari bencana itu!
2)      Mengeraskan suatu gatra keterangan, misalnya:
Tiadalah aku mau diperlakukan seperti itu.
Apa pun yang akan terjadi, pastilah aku akan datang ke sana.
3)      Menekankan gatra pangkal; dalam hal ini biasanya ditambah dengan partikel yang, misalnya:
Kamulah yang harus bertanggungjawab.
Engkaulah yang harus menjadi tulang punggung keluarga.
d.      Partikel pun
Fungsi dan arti partikel pun:                       
1)      Mengeraskan atau member tekanan pada kata yang bersangkutan; dalam hal ini dapat diartikan dengan juga:
Dia pun mengetahui persoalan itu.
Kapal-kapal yang besar pun dapat berlayar di sungai itu.
2)      Dalam penguatan atau pengerasan dapat terkandung arti atau pengertian perlawanan:
Mengorbankan nyawa sekalipun aku rela.
Betapa pun ia berjuang mempertahankan hidupnya sia-sia belaka.
3)      Gabungan antara pun + lah dapat mengandung aspek inkoatif:
Mereka pun berjalanlah.
Hujan pun turunlah dengan lebatnya.
Ia pun duduklah di bawah pohon yang rindang itu.

L.   Kata Berimbuhan
Dalam bahasa Indonesia imbuhan merupakan unsur  yang penting karena imbuhan dapat mengakibatkan perubahan jenis kata, bentuk kata, dan makna kata.
Di bawah ini terdapat beberapa penjelasan tentang imbuhan.
1.      Jenis afiks menurut tempatnya :
a.       Awalan/perfiks : meng, ber, ter, ke, peng, per, dan seterusnya
b.      Akhiran / sufiks : -an, -kan, -i
c.       Sisipan/infiks : -el, -em, -r
d.      Konfiks : ke-an, per-an, peng-an, dan seterusnya
2.      Jenis afiks menurut penggunaannya :
a.       Afiks produktif : afiks yang memliki frekuensi pemakaian yang tinggi.
   Contoh : se-, meng-, ber-, peng-, per-, dan seterusnya
b.      Afiks ak produktif : afiks yang frekuensi pemakaiannya tidak tinggi
   Contoh : -em, -el, -er, -wati, -is, -nda, dan seterusnya
3.      Afiks asing / afiks serapan :
a.       Akhiran daari bahasa sansekerta : -wan, -wati, -man
b.      Akhiran dari bahasa arab : -i, -wi, -in, -at, -ah
c.       Akhiran dari bahasa barat : -isme, -tas, -ika,-logi, -is(asi), dsb(kata benda), -al, -or, -if, -is, -dsb (kata sifat)
4.      Makna imbuhan :
Makna proses pengimbuhan /afiksasi snantiasa berhubungan dengan fungsi sematik dari suatu bentuk kompleks. Hal ini bias ita lihat pada contoh-contoh makna  afiksasi paa beberapa imbuhan berikut ini :

a.       Meng-
Mempunyai variasi makna sebagai berikut :
1)      Membuat : menggambar, menyambal
2)      Mmenuju ke : melaut, menepi
3)      Memberi : menomori, menandai
4)      Mengeluarkan :membuih, menyanyi
5)      Berlaku seperti : merajalela, membabi buta
b.      Ber-
Mempunyai variasi makna gramatikal :
1)      Dalam keadaan(statif) : berbahagia, bersedih
2)      Kumpulan : bertiga, berempat
3)      Mempergunakan : berbaju, bersepeda
4)      Menjadi : bertamu, berpisah
c.       Ter-
Mempunyai variasi makna gramatikal :
1)      Superlative ( paling )   : tercantik, tertinngi
2)      Tdak sengaja                : tertidur, tertunduk
3)      Dapat di-                     : tercium, tercapai
4)      Hasil tindakan             : tersebar, terpecah
5)      Peng-
d.      Mempunyai  variasi makna gramatikal :
1)      Orang yang di-                        : petatar, pesuruh
2)      Orang yang bersifat     : pemarah, pemalas
3)      Alat                              : pemukul, penggaris
4)      Pelaku tindakan           : pencopet, penjual
Keterangan      : makna gramatikal dari imbuhan yang lain dapat dicari/diterka dari konteks kalimatnya.prinsipnya makna gramatikal muncul karena adanya kaitan kata
5.      Fungsi afiks :
a.       Prefiks meng-, dan ber-, berfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif transitif dan intransitif.
b.      Prefiks ter- dan di- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif dan pembentuk kata sifat.
c.       Prefiks ke-, berfungsi sebagai pembantuk kata bilangan tingkat dan pembentuk kata bilangan kumpulan.
d.      Konfiks ke-an, berfungsi  sebagai pembentuk kata benda, pembentuk kata sifat, dan pembentuk kata kerja pasif.

M.  Kata Ulang
Kata ulang yaitu kata dasar yang diulang. Dalam hal ini yang diulang bukan morfem melainkan kata.kita bisa melihat contoh berikut : sepeda-sepeda , berasal dari satu kata sepeda. Sebaliknya, kata kupu-kupu bukanlah kata ulang karena dalam bahasa Indonesia tiak dikenal kupu. Oleh karena itu, bentuk tersebut bukan merupakan kata ulang.

1.      Prinsip pengulangan
a.       Selalu mempunyai dasar yang diulang
b.      Proses pengulangan tidak mengubah jenis(kelas) kata
c.       Bentuk dasarnya adalah kata yang lazim (umum) dipakai dalam tindak berbahasa
2.      Macam-macam kata ulang
a.       Kata ulang utuh / penuh
Contoh : rumah-rumah, berasal dari kata dasar rumah
b.      Kata ulang berimbuhan
Contoh : diinjak-injak, berasal dari kata dasar injak
c.       Kata ulang sebagian/parsial berimbuhan
Contoh : Berpandang-pandangan, berasal dai kata dasar pandang
d.      Kata ulang dwi purwo
Contoh : sesama,berasal dari kata dasar sama
e.       Kata ulang berubah bunyi
Contoh : sayur-mayur, berasal dari kata dasar sayur


3.      Fungsi kata ulang
Pada prinsipnya pengulangan tidak mengubah jenis kata. Artinya bila kaa dasarnya kata benda akan tetap menjadi kata benda pada kata ulangnya, demikian pula untuk jenis kata lainnya. Akan ttapi, ada sebagian pengulangan yang mengubah jenis kata khususnya yang diubah menjadi kata tugas, seperti kata bukan-bukan, sama-sama, serta-merta, dan sebagainya.
4.      Arti kata ulang
a.       Banyak tak tentu
Contoh: lembu-lembu
Lembu-lembuitu berebut makanan
b.      Bermacam-macam
Contoh : sayur-sayuran
Sebaiknya kita mulai menanam sayur-sayuran
c.       Menyerupai
Contoh: kuda-kudaan
Anak-anak TK itu senang bemain kuda-kudaan
d.      Melemahkan
Contoh : kekanak-kanakan
Walau sudah 20 tahun sifatny masih kekanak-kanakan
e.       Menyatakan intensitas
Ada tiga bagian yaitu:
1)      Kualitatif : kuat-kuat
2)      Kuantitatif : rumah-rumah
3)      Frekuentatif : menggeleng-gelengkan
f.       Menyatakan saling (resiprokal)
Contoh : salam-salaman
Mereka salam-salaman saat lebaran
g.      Menyatakan arti seperti pada bentuk dasarnya
Contoh : masak-masakan
Ibu membuka kursus masak-masakan
h.      Menyatakan perbuatan yang seenaknya
Contoh : duduk-duduk
Kami duduk-duduk di serambi depan
i.        Menyatakan arti paling (superlative)
Contoh : sebesar-besarnya
Buatlah roti bolu sebesar-besarnya agar bias dicatat alam buku MURI.
j.        Menyatakan kumpulan
Contoh : dua-dua
Sikakan anda membungkus roti itu dua-dua
k.      Menyatakan walaupun
Contoh : hujan-hujan
Hujan-hujan, ia tetap dating.
l.        Menyatakan selalu
Contoh : mereka-mereka
Mereka-mereka yang datang terlambat

N.   Kata majemuk
Kata majemuk adalah kata yang terbentuk dari dua kata yang berhubungan secara padu dan hasil penggabungan itu menimbulkan makna baru.
1.      Ciri-ciri
Kata majemuk memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
a.       Gabungan kata  itu menimbulkn makna baru
b.      Gabungan  kata  itu tidk dapat dipisahkan
c.       Gabungan kata itu tidak dapat disisipi unsur lain
d.      Tidak dapat diganti salah satu unsurnya
e.       Tidak dapat dipertukarkan etak unsur-unsurnya
2.      Sifat
a.       Kata majemuk eksosentris
Yaitu kata majemuk yang antar unsurnya tidak saling menerangkan
Contoh : laki bini, tua muda, tikar bantal, dan sebagainya
b.      Kata majemuk endosentris
Yaitu kata majemuk yang salah satu unsunya menjadi  inti sedang unsur lain menerangkannya.
Contoh : rumah sakit, panjang  tangan, dan sebagainya

Diberdayakan oleh Blogger.

Academics Blogs
Academics
Personal (Humor) - TOP.ORG

Academics blogs
Triumfb�gen
Academics toplist
SEO services provided by Search Engine Optimization
Add blog to our blog directory.
Free Link Exchange
Education blogs

t4belajarblogger.blogspot.com